My journey with Indonesian language education over the last twenty-plus years has been touched by some amazing people whose passion for Indonesian language, culture and travel have really inspired me. Some are current practising teachers, some are not, their life paths are all different but they all have one thing in common and that is; a special love for Indonesia. I’m very grateful that they are willing to share their stories and connections to Indonesia right here on the blog.
Selamat berkenal dengan Mbak Maria Obrowski
Another teacher who I can’t remember when or where we met, but I call it destiny that our paths crossed! Actually I think I may have met Mbak Maria at a Languages Professional Learning Seminar. I think the bonus of Professional Learning is not just the professional learning that you gain but the contacts and connections that you make, usually great like-minded teachers! And people who become life-long friends!
Throughout my time as Indonesian Language Advisor, Mbak Maria and I stayed in close contact regarding Languages education issues and interests, and often met up at various Professional Learning Seminars and Indonesian Language Conferences. We share an interest in keeping up-to-date with Indonesian Language methodology and how to keep language learning fun, current and interesting. We also share a passion for photography, be it Indonesian or travel related or just general photography.
Mbak Maria is active in various Indonesian community and cultural groups and we often cross paths at local Indonesian events. The Victorian Indonesian Languages community is very fortunate that we have Mbak Maria onboard as an Indonesian native speaker and qualified teacher. Such a great asset!
Tell us a bit about yourself.
Saya berasal dari Jawa Barat, terlahir sebagai anak pertama, kemudian besar dan bersekolah di Jakarta dan Bandung.
Pada tahun 1996 (20 tahun yang lalu! Wah!!) saya pindah ke Melbourne untuk meneruskan pendidikan.
Kegemaran utama saya adalah menari. Saya beruntung bisa mengamalkan kebolehan saya menari dan mengajar tarian tradisional Indonesia di mana pun saya tinggal.
Sewaktu di SMA kelas 2, saya mulai belajar Bahasa Jerman dan kemudian melanjutkan belajar Bahasa ini di Universitas Padjadjaran. Sampai sekarang saya masih fasih berbicara Bahasa ini dan bahkan sempat mengajarkan Bahasa ini di sekolah tempat saya mengajar, Victorian School of Languages Distance Education, Thornbury.
Tahun 2003 hingga 2008, saya pindah ke Paris dan kemudian ke Manila, Filipina. Di Manila, saya menggali ilmu, meneruskan kuliah hingga jenjang S2 (Masters) di bidang pendidikan. Di tahun 2009, barulah saya memulai karir saya sebagai pengajar.
Why Indonesian? When and what got you started to learn bahasa Indonesia?
Sebagai orang Indonesia asli yang bersekolah di Indonesia, mata pelajaran Bahasa ini adalah pelajaran utama di sekolah-sekolah di Indonesia. Jadi, mau tidak mau, kami harus belajar Bahasa Indonesia sejak kami bersekolah di tingkat SD.
Why do you think Indonesian is so important for Australian students to learn?
Waaahhh, pertanyaan yang banyak dilontarkan, tetapi banyak juga jawabannya tergantung kepada siapa kita berbicara. Umumnya kita berbicara tentang manfaat belajar Bahasa Indonesia karena negara kita bertetangga dekat. Jadi, paham dan bisa berbicara bahasa Indonesia dengan baik akan membantu meningkatkan hubungan bilateral .
Hurufnya mudah dihafal karena sama dengan bahasa Inggris. Kalau siswa-siswi berlatar belakang kebudayaan yang bahasanya juga fonetik, biasanya mereka dengan penuh percaya diri melafalkan kata-kata bahasa Indonesia dengan benar. Satu poin dimenangkan oleh guru!
Sebagai tambahan, siswa-siswi diminta untuk melihat tujuan jangka pendek dan jangka panjang mereka. Memang kebanyakan siswa-siswi yang mempunyai tujuan jangka panjang (untuk peluang kerja yang lebih banyak dan lebih baik) biasanya akan belajar keras dan bahkan tertarik untuk melanjutkan belajarnya di universitas. Untuk mereka, saya tidak ada tambahan komentar lagi.
Kalau sebaliknya yang minatnya hanya untuk kurun waktu jangka pendek atau hanya mau mencapai nilai akhir ujian SMA-nya. Saya balik bertanya kepada mereka lagi „Jadi kamu mau buang investasimu selama 3, 4, atau 5 tahun itu?“.
Tapi, apa boleh buat, semuanya diserahkan kembali kepada siswa-siswi yang bersangkutan. Ujung-ujungnya kita sebagai guru sering kepentok dengan dilema meningkatkan jumlah murid atau meningkatkan mutu pengajaran and pembelajaran Indonesia.
Alasan lainnya mungkin, seperti kita tahu, banyak jenis pekerjaan yang bisa dilakukan atau untuk berkarir di Indonesia. Bahkan karir seperti sebagai peneliti di bidang kelautan, geologi (termasuk meneliti gunung berapi), botanik dan kehutanan, dsb. Yang lebih hebatnya lagi, mudah-mudahan mereka bisa mendapatkan posisi kerja di Indonesia melalui bermacam-macam organisasi internasional seperti Asian Development Bank, Persatuan Bangsa-Bangsa, beberapa institusi bantuan dari Pemerintah Federal Jerman, dll.
Yang terakhir adalah kalau siswa-siswi itu berlatar-belakang Indonesia. Itu tanggung jawab mereka melestarikan dan mempertahankan bahasa ibu serta mengetahui identitas serta budaya sendiri. Mengetahui sifat-sifat dan adat istiadat orang Indonesia.
If we sat in your Indonesian Language classroom, what are 3 things we would see or do?
Hmmm…apa ya? Sejauh ini hal-hal yang saya lakukan sama seperti rekan guru-guru yang lain:
- Sebanyak mungkin display yang berbau tradisional.
- Mengenal penemuan teknologi teknik dan teknologi informatika yang canggih dan terbaru dari Indonesia.
- Fokus kepada pengajaran dari siswa untuk siswa
What has been your toughest obstacle in Languages education? How did you get past it?
Sebagai guru yang datang hanya sehari atau dua hari seminggu, alangkah pentingnya mengenal dan dikenal oleh orang tua murid. Dengan ketertarikan mereka terhadap program kita, diharapkan di rumah, mereka akan berbincang-bincang tentang mata pelajaran kita.
Cara-cara yang bisa dilakukan seperti secara teratur mengisi tajuk di majalah sekolah dan memberitakan tentang topik setiap term juga menampilkan foto-foto pada saat para siswa melakukan kegiatan interaksi serta mencari kemungkinan untuk menawarkan kelas bahasa kepada para orang tua murid atau mengadakan kelas memasak.
What is your biggest achievement in life so far?
Menjadi guru!!!
What’s your favourite place in Indonesia? Why?
Wah, tidak tahu! Mungkin rumah saya di Jakarta!
Tetapi, ini memang sulit ditentukan. Semua tempat menarik dan mempunyai ciri khas tersendiri.
What’s your favourite Indonesian dish? And restaurant? {in Indonesia or in Australia}
Nasi Padang!!! Di mana saja di seluruh dunia!
Rumah-rumah makan favorit:
- Rumah makan “Remboelan” di Plaza Senayan, Jakarta
- Semua rumah makan Sunda di Jakarta dan Bandung
- Rumah makan “Famili Ria” di Surrey Hills untuk makan empek-empek
- “Ayam Penyet Ria” di South Melbourne
Ngomong-ngomong, “Ria” artinya senang!!! Gembira……bersuka ria!!!!
Itu juga nama panggilan saya waktu kecil.
If you were an Indonesian animal, what would you be? Why?
Burung Merak jantan atau burung Cendrawasih jantan.
Saya masih heran, kenapa burung-burung jenis ini hanya yang jantan yang mempunyai bulu-bulu indah.
If you could wag school {or work} for a day, what would be on your list to do?
Hahahahaha……tidur??
Tergantung cuacanya. Kalau cuaca jelek, saya mungkin tinggal di rumah saja untuk memasak dan membuat kue.
Kalau cuaca bagus, mudah-mudahan juga pada hari Jumat atau hari Senin ya……jadi sekaligus akhir pekan yang panjang sehingga saya bisa pergi ke luar kota untuk mengunjungi kota kecil seperti Bendigo atau Ballarat atau mana saja, pergi ke galeri setempat dan “Op Shop” di kota ini.
Thanks so much for sharing Mbak Maria!
Maria Obrowski says
Makasih atas undangannya ya, Mbak Julie. Ya, betul! Kita pertama ketemu waktu PD LOTE leaders thn 2010.
indospired says
Sami2 mbak Maria! Ahhh iya that was it ‘LOTE Leaders’, I’d forgotten what it was called but I had a visual of us meeting there in my mind. It took me a while to remember that’s where I first met you! But it really was like I’d known for years before that! 2010 ya, your memory is way better than mine! Thanks again for sharing – a great interview! 🙂